Thursday, November 23, 2017

FEELING INFERIOR "ME"

Di suatu cuaca yang dingin, aku menulis sebuah renungan,
Renungan dari seorang wanita yang banyak sekali memikirkan hal-hal yang mungkin tidak perlu dipikirkan olehnya. lohhh....!!!! hehhe yang mau serius, engga jadi serius yaa...

Setelah baca artikel tentang "Memilih pasangan hidup dalam islam", ini sering banget aku temui kalimat ini,
" Pilihlah seorang wanita yang Nasab-nya baik (keturunan), Alasan pertama, keluarga memiliki peran besar dalam mempengaruhi ilmu, akhlak dan keimanan seseorang. Seorang wanita yang tumbuh dalam keluarga yang baik lagi Islami biasanya menjadi seorang wanita yang shalihah...""

Disitu aku merasa sangat kecil, merasa tidak adil, merasa why?????
Emangnya kita bisa memilih di Keluarga mana kita ingin dilahirkan, di kondisi keluarga yang seperti apa kita dibesarkan.


Menurutku,
1. Keluarga memang sangat besar memberikan pengaruhnya ke seorang anak, seperti karakter dan sifat kita terbentuk sedikit banyak karna keluarga kita, begitu juga tentang agama. Aku setuju sampai sini,
2. Tapi kalau keimanan dan akhlak seorang wanita hanya dilihat dari bagaimana keluarganya kog sangat tidak adil,

Walaupun di kalimat diatas mencantumkan "biasanya" tapi karna tidak ada kalimat pendukung lainnya, ya udahh gitu ajaa, kesannya tetap sama, pilihlah wanita dari Keluarga yang Islami. Padahal kan yang terpenting bagaimana si Wanitanya itu sendiri (Akhlak, keimanan, ilmunya, karakternya).

Apakah mereka tau betapa sulitnya seseorang yang berasal dari keluarga yang tidak ada pendidikan agama sejak kecil, ingin belajar, mencari, dan berusaha mengalahkan gejolak jiwa untuk menemukan apa itu islam.

Mungkin seseorang yang sedang belajar, lalu hanya membaca sepenggal kalimat "itu", langsung pupus harapannya untuk menjadi orang yang lebih baik.

Aku bukan orang yang sudah baik, tapi aku ingin dan akan berusaha menjadi orang yang lebih baik.  Allah telah memberikan terlalu banyak kebaikan untuk diingkari,
Selalu ada hikmah disetiap apa yang sudah menjadi kehendak Allah, begitu pula, dari siapa kita dilahirkan, bagaimana orang tua kita.

Bisa mendapatkan hikmah atau hanya dapat ratapan nasib?
Balik lagi ke kita (manusianya), bagaimana kita menyikapinya, bagaimana kita mau membuka mata hati kita, dan memilih jalan yang Allah ridho'i. Intinya membuka hati kita, tidak berhenti belajar, dan mendekatkan diri ke Allah.

Ini hanya opini pribadi,
Mari kita saling mendoakan, semoga kita makin menjadi manusia yang lebih baik di mata Allah SWT dan bisa bermanfaat untuk sesama.

Sekian
Terimakasih,







No comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Followers