Wednesday, July 8, 2020

My story: Wanita perlu Melek financial atau mandiri financial sih?

Assalamualaikum,
Haloo manteman, udah lama banget engga nulis, ini hanya tulisan singkat
Ceritanya mau #speakup
Hahahaha

Declaimer: tulisan ini murni hasil pemikiran bu Dewi, tanpa ingin menyinggung atau memojokkon siapapun.
Berbeda pendapat boleh lah ya 😆


Entah sudah berapa lama pikiran ini berputar putar di otakku.
Karna tema ini sering banget bersliweran di Instagram.
Apa sih? Tentang wanita dan financial,
Karna tema ini sering muncul di akun-akun financial, parenting dll. Aku jadi sedikit familiar dengan istilah2 mandiri financial, financial independent, melek financial dll.

Ada di salah satu postingan akun financial terkenal yang menceritakan 1 kasus tentang seorang ibu rumah tangga yang tiba-tiba suaminya meninggal, dengan meninggalkan aset yang buanyak namun karna tidak bisa mengelola berakhir habis asetnya. Lalu di kolom komentar banyak sekali wanita-wanita yang mengaku tidak mau berhenti bekerja karna alasan "takut" hal yang sama terjadi di hidupnya entah takut di tinggal suaminya selingkuh atau meninggal atau takut tidak dianggap di "society~nya". Intinya banyak yang menekankan wanita harus mandiri finansial alias harus punya uang sendiri harus bekerja, tidak bergantung ke suami.

Kalau Ibu terpaksa bekerja demi memenuhi kebutuhan karna alasan tidak bisa makan kalau engga bekerja ini beda konteks ya.

Sejatinya dimana sih yang "miss"..?
Menurutku dalam pilihan, tidak ada benar dan salah.
Bekerja atau menjadi ibu rumah tangga itu adalah sebuah pilihan, tentunya juga sebuah hasil diskusi antara istri dan suaminya. Karna setiap keputusan pasti ada plus dan negatif nya.
Penting banget nih setelah berkeluarga, kesepakatan bersama suami istri. Jadi bisa minimalisir sisi negatif dari keputusan yang sudah disepakati.

Namun yang jadi sorotan disini,
Seolah-olah istri yang jadi full time housewife disini kedudukannya sangat rendah, karna dianggap tidak memiliki kekuatan atau kemampuan apapun khususnya secara financial.
Menurutku persepsi seperti ini yang membuat pandangan masyarakat Indonesia yang bikin skeptis dengan namanya Ibu rumah tangga.

Aku sangat setuju sebagai manusia dewasa kita baiknya melek dengan ilmu-ilmu finansial, belajar tentang hakikat rizki dan rejeki dari Allah SWT, penting nya mencari ilmu yang cukup untuk bekal di dunia dan di akhirat.
Hidup harus seimbang antara dunia dan akhirat bukan??

Jadi teringat kata-kata Ibuku yang backgroundnya pendidikannya kurang, beliau bisa bilang dengan yakin "kalau kita mau berusaha gerak tangannya pasti bisa dapet penghasilan (uang)."
Tapi terkadang orang-orang di jaman kita yang pendidikannya mumpuni, takut dengan tidak bisa menghasilkan uang. Hmmm
Dimanakah yang salah?
Mindset atau tuntutan lingkungan?

Balik lagi ke kasus yang ditinggal meninggal suaminya, apakah itu salah istrinya suaminya tiba-tiba meninggal?tidak, itu adalah takdir Allah, hidup mati hanya Allah yang punya hak mutlak atasnya.

Lalu untuk masalah finansial ibu ini, namanya cobaan, apakah kita mau bangkit dan berusaha bangkit atau meratapi kegagalan, ini pilihan.
Dan yang bisa diambil hikmahnya dari masalah ini dari aspek finansial adalah belajar tentang mengelola finansial lebih baik lebih ke melek finansial, komunikasi suami istri, dan menjaga lifestyle.

Jaman sekarang belajar tentang finansial engga harus ambil kuliah jurusan ekonomi, banyak tersedia akun-akun financial yang rutin mengedukasi masyarakat dengan postingan-postingan~nya. Kalau kita punya aset bingung mau diapain, banyak jasa financial advisor yang bisa membantu kita.
Akun instagram yang aku follow dan rekomendasikan untuk temen-temen dalam hal financial yaitu @zapfinance dan juga @ummubalqis. Kedua akun ini sangat relevan dan lebih mudah diikuti untuk mengelola keuangan keluarga yang baru belajar seperti aku. 😂

Lalu pesan untuk bapak-bapak yang membaca tulisan ini..hahha
Jika Bapak-bapak ini menghendaki istrinya jadi full time housewife, maka berikan istrimu kepercayaan untuk menjadi manajer keuangan keluarga sehingga istri merasa dihargai dan tidak merasa tidak punya apa-apa. Atau berikan slot pengeluaran untuk istri bebas mengelolanya.
(Ini berdasarkan dari apa yang kurasakan jadi Ibu rumah tangga)
Jika istri belum handal dalam mengelola keuangan, belajar bareng, diskusi bareng dan menentukan bagaimana keluarga ini mengeluarkan uang nya, pakai sistem evaluasi tiap bulan bareng-bareng. Ku rasa sebagai seorang istri, jika dilibatkan urusan seperti ini akan sangat merasa dihargai, dan pasti makin sayang sama suami. 

Ada beberapa orang yang ku temui merasa sangat rendah menjadi ibu rumah tangga, bilang nya >>>
aku mau beli apa-apa engga bisa, harus minta suami dulu dll..yang berakhir dia engga bahagia, menyesal keluar kerja dll
Ini bisa jadi salah satu bibit bibit masalah keluarga nantinya seperti bom waktu.

Lalu apakah wanita harus diem aja jadi ibu rumah tangga?engga bermanfaat dong untuk orang lain?
Kurasa ini sangat personal, mau bekerja atau tidak itu hak orang masing-masing karna setiap keputusan yang diambil pasti ada yang di korbankan. 
Lalu next pertanyaannya mana nih yang lebih penting saat ini? Bermanfaat untuk orang lain atau untuk keluarganya sendiri? Untuk mencari jawabannya, buat skala prioritas dari tujuan dan hal hal yang ingin di capai.

Dan yang perlu di cetak tebal, hahha jadi ibu rumah tangga bukan berarti kita engga bisa ngapa-ngapain, banyak temen-temen yang bisa berjualan online, membuka usaha, freelance, remote work, dll.

Aku pribadi memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga setelah diskusi dengan suami sebelum hamil Keihan, salah satu alasannya karna ingin merawat Keihan sendiri, yang menjadi prioritas di keluarga kecil kami saat ini. Lurus terus gitu niatnya? Engga, namanya juga manusia, up and down. 😆
Karna ini hasil kesepakatan bersama, apapun itu ya jadi tanggung jawab bersama yang pasti jangan ada yang merasa tersakiti atau merasa tidak adil.



(Next postingan, susahnya jadi ibu rumah tangga di Indonesia)

No comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Followers